Peta Mantel Bumi Pahami Gunung Api

Sekelompok ilmuwan baru-baru ini menggagas program pemetaan mantel bumi, lapisan bumi yang terletak di antara kerak bumi dan inti bumi. Andy Nowacki, seorang ahli geofisika dari Universitas Bristol, Inggris yang terlibat dalam program pemetaan mantel tersebut mengatakan bahwa kajian tersebut sangat bermanfaat dalam memahami aktivitas gunung api dan gempa bumi.

Mengapa peta mantel bisa membantu memahami gunung api dan gempa? Lapisan mantel adalah lapisan padat yang memiliki ketebalan kurang lebih 2800 km. Meski padat, lapisan ini bisa bergerak lambat karena memiliki suhu yang tinggi. Ketika lapisan ini bergerak, maka lapisan tektonik yang ada di atasnya juga ikut bergerak. Gerakan lempeng tektonik yang terjadi inilah yang berpotensi meningkatkan aktivitas gunung api dan menimbulkan gempa bumi.

Saat ini, para ahli geofisika telah mengetahui bagiamana material dalam lapisan mantel bergerak dan mempengaruhi gerakan lempeng tektonik yang ada di atasnya. Namun, apa yang terjadi di bagian bawah lapisan mantel masih merupakan misteri. Mengetahui apa yang terjadi pada lapisan atas dan bawah mantel akan memampukan untuk memprediksi bagaimana aktivitas permukaan bumi dalam jangka panjang.

Program pemetaan mantel itu sendiri akan dilakukan dengan alat yang bernama Seismik CAT Scan. Alat tersebut mampu menggunakan sinar X untuk menampilkan citra bagian dalam bumi sekaligus mendeteksi gerakan lapisan dalam bumi menggunakan gelombang seismik. “Kami akan memetakan setiap area dari lapisan mantel tersebut dengan detail,” ungkap Nowacki.

Michael Bergman dari Bard College menanggapi rencana tersebut. Ia mengungkapkan, “Alat ini tidak akan membantu kita memprediksi yang terjadi pada gunung api di Indonesia, tetapi dalam tujuan yang lebih besar. Kita akan mengerti bagaimana panas mengalir, struktur mantel dan struktur inti bumi. Selain itu, kita juga akan mengerti tentang lempeng tektonik dengan lebih baik.” Saat ini, struktur mantel dan mekanisme yang terjadi di bagian bawah mantel belum diketahui.

Bergman juga mengatakan bahwa untuk mewujdkan peta mantel menjadi kenyataan, dibutuhkan jaringan seismik yang baik di setiap wilayah di dunia. Pada saat gempa terjadi misalnya, ia mengatakan bahwa tempat terjadinya gempa tersebut mesti memiliki seismometer sehingga bisa merekam gelombang seismik kala itu. Saat ini, hanya beberapa wilayah saja yang memiliki seismometer.

Saat ini, alat itu sudah diujicobakan Nowacki untuk mengkaji lapisan mantel yang ada di Amerika Tengah dan Utara. Nowacki berharap bahwa dalam satu dekade ke depan, ia bisa menggunakannya di semua tempat. Ulasan tentang rencana tersebut dipublikasikan di Jurnal Nature 28 Oktober 2010 lalu.

ouramazingplanet.com

Diterbitkan oleh krishnabalagita

My name is Krishna, I'm a musician from Indonesia...

Tinggalkan komentar

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.